Jakarta -
Ketua Umum NasDem Surya Paloh hari ini membuka Pameran Seni Indonesia Borderless di NasDem Tower, Jakarta Pusat. Dalam acara itu, Paloh menyinggung soal sensitivitas saat orang yang terjerat kasus korupsi ditangkap.
Surya awalnya menjelaskan pameran seni ini diadakan untuk memberikan wadah sekaligus mendorong kreativitas para pelaku seni. Menurutnya, ada sesuatu yang salah jika nilai karya seni tak lagi bisa dirasakan.
"Bagaimanapun karya seni, saya pikir, ya kalau kita sudah tidak bisa merasakan sensitivitas, merasakan sesuatu yang amat-sangat menyentuh perasaan, kalbu, nurani, hati kita, itu pasti ada sesuatu yang salah pada kita," kata Paloh saat ditemui di sela pameran, Senin (12/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini yang harus kita bangun bersama, maka kita mendorong seluruh kreativitas yang bisa mungkin ditingkatkan oleh para seniman dan budayawan kita. Nah partai ini ikut bertanggung jawab karena itu, maka salah satu sesi yang kita berikan adalah demikian ini," sambungnya.
Surya mengatakan sebanyak 500 lukisan serta seni patung terdapat di NasDem Tower. Menurutnya, partai politik mestinya ikut bertanggung-jawab dalam melestarikan nilai seni dan budaya.
"Kita dorong terus, saya pikir, jangan dilihat partai politik ya, dia berbicara politik, dia harus mampu juga berbicara tentang budaya, tentang seni. Nah itu yang saya mau, yang saya kehendaki. Bangsa ini juga demikian, kita sudah dapat giften, karunia sang pencipta," ucapnya.
Paloh kemudian menyinggung soal berita penangkapan menteri koruptor yang selalu menjadi konsumsi masyarakat RI. Paloh lantas mempertanyakan apakah bangsa merasa bangga dengan penangkapan tersebut.
"Dari mulai kearifan lokal, adat, istiadat, budaya yang kita miliki. Ini giften sebenarnya yang harus kita lihat dengan nilai positif. Jangan terus menerus kita hanya melihat si A ditangkap, si B masuk penjara, sudah capek kita di negeri ini tiap hari ini aja. Mampus nih bangsa ini. Tiap harianya, itu yang kita konsumsi. Kepala daerah ditangkap, menteri dikejar, ini ditangkap, itu. Bangsa apa ini? Bangga apa kita dengan itu?" ucapnya.
Surya menyebut ketika terduga koruptor ditangkap, nilai sensitivitas dan empati pasti dikesampingkan. Sebab, kata dia, seorang koruptor dipandang sebagai orang yang jahat.
"Untuk dan atas nama pemberantasan korupsi, seakan-akan kita merasa paling hebat, dan tidak ada sensitivitas lagi, perasaan empati, kasihan, karena semuanya itu pasti orang jahat yang ditangkap. Terlepas dulu dia salah atau tidak salah. Salah kecil bisa jadi salah besar, tapi sisi lain salah besar bisa hilang juga," imbuhnya.
(taa/lir)