Jakarta -
Dokter Relawan Medical Emergency (MER-C), Dany Kurniadi Ramdhan, mengungkap kondisi terkini Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina. Dia mengatakan bangunan RSI saat ini mengalami sejumlah kerusakan.
"Pertama, kalau struktur bangunan kerusakan yang terjadi itu tidak terlalu ekspensif, struktur bangunan yang rusak lebih kepada akses jalanan yang rusak dengan buldozer dan banyak juga bangkai-bangkai kendaraan juga berserakan di mana-mana untuk menuju RS, itu sudah diperbaiki sedikit demi sedikit. Tapi banyak pavingblok yg masih berantakan," kata Dany kepada wartawan lewat sambungan virtual langsung dari Palestina, Senin (12/8/2024).
Dany mengatakan lantai 3 RSI juga rusak usai terkena hantaman roket. Dia menuturkan banyak ruangan di lantai tersebut terbakar akibat terkena serangan roket.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bekas kebakaran di lantai 3 dan 4 , tapi secara struktur gedung ya secara general sih cukup bagus hanya ada beberapa lobang karena bekas roket," jelasnya.
Selain kerusakan pada sarana dan prasarana medis, Dany menyebut sumber listrik untuk mengoperasikan alat medis di RSI juga rusak.
"Setelah kami survei adalah sumber listrik yang perlu diperbaiki segera. Bahwa sumber listrik di rumah sakit ini ada dua, yaitu panel generator sangat tergantung bahan bakar yang di-suplay oleh WHO, berjanji setiap dua minggu sekali dan tergantung situasi dan jumlahnya belum cukup. Dan kedua setelah kami survei dari panel original yang berfungsi mungkin sekitar 20%," ungkapnya.
Menurut Dany, saat ini hanya ada 20% bangunan di RSI yang bisa dipakai. Namun ruangan operasi di rumah sakit tersebut masih bisa digunakan.
"Lobang-lobang peluru atau ledakan dari RS ini telah mengumpulkan selasar yang masih bagus dijadikan satu sekitar 20% dari kapasitas. Tapi kita masih punya bahan bakar dan itu dikombinasikan generator kalau siang pakai panel jadi generator ya di kurangi. Menurut kami prioritas sangat vital rumah sakit ini tetap berfungsi walaupun lampu mati kami datang operasi berjalan dengan disenterin lampu HP," kata dia.
Di sisi lain, imbas listrik kerap hidup mati itu membuat peralatan medis berpotensi cepat rusak. Listrik jadi kebutuhan yang penting untuk situasi ini.
"Ini karena daya listriknya naik turun itu akan cepat rusak sehingga ya ini termasuk salah satu prioritas. Yang kedua alat alat penunjang seperti CT Scan yang penting ya, CT Scan dan laboratorium, kemudian UPS itu rusak. Jadi sebagian besarnya sih masih bisa diselamatkan tapi ada beberapa yang seperti alat pemeriksaan tidak berfungsi dan itu harus sebaiknya segera diperbaiki lagi. Kemudian screening untuk bank darah, untuk pemeriksaan hepatitis A dan hepatitis B misalnya untuk bank darah itu kita nggak punya," paparnya.
"Terus juga alat-alat kayak USG dan sebagainya ya sebelumnya ada banyak harusnya memang satu rumah sakit punya banyak, di ICU ada di ruang operasi ada, di poliklinik ada. Di RS ini cuma ada satu yg berfungsi USG itu. Kemudian alat alat medis, bahan-bahan habis pakai juga sudah habis, seperti implan-implan untuk ortopedi, implan untuk tulang belakang. Di seluruh Gaza itu mungkin cuma sisa untuk satu-dua pasien lagi, setelah itu ya nggak ada lagi," imbuh dia.
Dany juga menyinggung soal hak dari petugas RSI. Dia menyebut 80% pegawai belum dibayar gajinya.
"80 persen (pegawai) itu tidak dibayar atau mungkin belum dibayar. Jadi kebanyakan mereka itu voulenteer. Jadi nggak jelas dibayarnya pakai apa. Jadi termasuk salah satu yang kalau ini berkepanjangan bisa menimbulkan masalah dan itu juga harus dipikirkan bagaimana ke depan. Kemudian, alat-alat lainnya itu ya mungkin lebih ke arah spesialistik seperti endoskopi dan sebagainya yang rusak, itu nanti kita perbaiki," pungkas Dany.
(ygs/ygs)