Jakarta - PT Vale Indonesia mendukung upaya mengejar target net zero emission (NZO) atau nol emisi karbon lewat sejumlah inisiatif. Pemerintah sendiri menargetkan NZO tercapai pada tahun 2060, sementara Vale memasang target lebih cepat yaitu 2050.
Head of Environment and Permit Managemen Vale Zainuddin mengatakan, perusahaan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai sumber energi pada smelter. Dalam produksi nikel di Blok Sorowako misalnya, Vale banyak memanfaatkan energi bersih.
"Produksi nikel yang dilakukan Vale itu menggunakan teknologi pyrometalurgi, itu butuh teknologi yang sangat besar. Tapi yang berbeda di Sorowaku adalah kita menggunakan energi bersih yang cukup besar, masif dibanding tambang nikel lainnya," katanya dalam talkshow Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan (Festival LIKE 2) di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2024).
Secara total Vale memiliki PLTA dengan total kapasitas mencapai 365 megawatt. Dari jumlah itu 354,3 megawatt digunakan untuk kebutuhan produksi, sementara 10,7 megawatt diiberikan kepada masyarakat melalui PLN.
Lewat PLTA Vale menyebut ada pengurangan hingga 1 juta ton CO2e dibanding penggunaan diesel, dan 2 juta ton CO2e dibanding penggunaan batu bara. Oleh karena itu Zainuddin menyebut pengoperasian PLTA ini sangat signifikan terhadap pengurangan emisi karbon.
"Dengan kami operasikan PLTA, ini sangat signifikan mengurangi emisi karbon. Kalau dibandingkan diesel bisa mengurangi 1 juta ton CO2e, kalo batu bara 2 juta ton," ungkapnya.
Listrik yang dihasilkan dari PLTA itu lalu disuplai ke smelter milik Vale untuk membantu proses produksi. Berikiut 3 PLTA yang dioperasikan Vale:
1. PLTA Larona berkapasitas 165 Mw
2. PLTA Balambano berkapasitas 110 Mw
3. PLTA Karebbe berkapasitas 90 Mw
(ily/hns)