Jakarta -
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menargetkan kapasitas terpasang pengembangan pembangkit Listrik berbasis energi bersih mencapai 6 GW pada tahun 2029. Pertamina NRE juga menargetkan memproduksi bioetanol sebanyak 840.000 kl, hidrogen 77 kTpa dan bisnis karbon 19,2 MtCO2e pada 2009.
Target semuanya tersebut naik drastis dari target 2024, yaitu target energi bersih 2,6 GW, bioetanol 0, hidrogen 0 kTpa, dan bisnis karbon 0,8 MtCO2e. Anggaran investasi yang disiapkan mencapai US$ 6,2 miliar pada tahun 2029 untuk mencapai tersebut target yang ditetapkan tersebut. Angka tersebut naik dari tahun US$ 0,7 miliar pada tahun 2024.
Manager New Energi Pertamina NRE, Chandra Asmara kebijakan dan kondisi transisi energi di Indonesia saat ini sangat mendukung untuk Pertamina bisa mencapai target tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Targetnya sudah ada, policy sudah ada, dari PNRE kita melihat dari sisi investasi kita mostly akan berinvestasi di energi terbarukan, energi ramah lingkungan, dan sustainable . Kita melihat dari sisicapex sendiri bahwa energi terbarukan mendapatkan porsi yang cukup besar, diikuti low carbon solution dan bisnis baru lainnya," ujar Chandra saat menjadi narasumber dalam talkshow 'Masa Depan Energi Bersih: Teknologi Ramah Iklim dan Praktik Berkelanjutan Pertamina' di Festival LIKE 2, Jumat (9/8/2024).
"Lalu ada bioetanol, ada hidrogen, karbon bisnis itu juga menjadi salah satu target dari PNRE untuk bisa men-sustain bisnis dari Pertamina," imbuhnya.
Chandra menjelaskan meski target tersebut cukup besar, namun Pertamina yakin bisa mencapainya. Sebab kebijakan dan kondisi pasar sangat memungkinkan Pertamina untuk mencapai target tersebut.
"Target ini cukup besar, cukup challenging tapi bukan berarti tidak mungkin. Karena tadi dari policy, environment sangat mendukung," ujar Chandra.
"Kita lihat kalau dulu susah, tidak mendukung, sekarang tidak, sekarang masanya akselerasi karena policy, ekosistem sudah mendukung, ada teknologi dikembangkan. (Contohnya dulu) teknologi panel surya mahal, sekarang berlomba-lomba paling murah, dan itu akan berkembang di teknologi-teknologi lainnya, karena ada policy, ada insentif, dan program yang akan diimplementasikan," imbuh Chandra.
(akn/ega)