Jakarta -
Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan atau Festival LIKE 2 resmi dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Menteri LHK), Siti Nurbaya Bakar di JCC Senayan, Jakarta. Acara ini berlangsung mulai tanggal 8 Agustus 2025 hingga 11 Agustus 2024.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali menggelar Festival LIKE 2 mulai 8 Agustus 2025 hingga 11 Agustus 2024 di JCC Senayan, Jakarta. Adapun festival ini bertujuan sebagai ajang untuk menunjukkan hasil kerja pemerintah bersama para pihak sekaligus upaya mewujudkan kualitas lingkungan hidup dan kehutanan yang semakin baik.
"Kontinuitas dan konsistensi seperti ini sangat penting dalam upaya kita meyakini publik, meyakini masyarakat Indonesia, juga meyakini dunia internasional dalam kaitan isu global pada aspek lingkungan dan iklim. Festival LIKE 2 ini juga berorientasi road to COOP29 UNFCCC di Azerbaijan yang berlangsung pada bulan November. Festival ini penting untuk memaknai langkah bersama baik melalui langkah kebijakan dalam merespons tantangan lingkungan dan iklim serta pembinaan dan hubungan masyarakat," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam Opening Ceremony Festival Like 2, Kamis (8/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Festival LIKE tahun ini, KLHK kembali menggandeng berbagai pihak yang turut berkontribusi dalam keberlanjutan lingkungan. Sebagai brand lokal yang turut memberi perhatian terhadap isu lingkungan, Le Minerale turut meramaikan gelaran Festival LIKE 2 dengan menghadirkan booth dan talk show inspiratif.
Talkshow 'Gaya Hidup Minim Sampah'
Foto: detikcom/Andhika Prasetia
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK bersama Le Minerale menghadirkan talkshow inspiratif bertajuk 'Gaya Hidup Minum Sampah'. Penyuluh Lingkungan Hidup Direktorat Pengurangan Sampah Ana Suryana menyampaikan saat ini ada beberapa hal utama terkait persoalan sampah di Indonesia yang menjadi perhatian.
"Pertama, KLHK tahun 2020 mengatakan tidak ada pembangunan TPA baru, jadi bisa dibayangkan kalau TPA overload sudah tidak bisa lagi bangun TPA Baru," kata Ana.
"Kedua, masalah bertumpuknya sampah bikin investor tak tertarik masuk. Jadi, investor di Indonesia itu nggak tertarik untuk menginvestasikan modalnya untuk biaya pengelolaan sampah," lanjutnya.
Selanjutnya, Ana menilai predikat Bantar Gebang yang berstatus TPS terbesar di Asia juga menjadi persoalan lain. "Hingga saat ini, sampah plastik masih jadi isu utama di Indonesia," ucapnya.
Menanggapi kondisi ini, Sustainability Manager PT. Tirta Fresindo Jaya Tania W. Ariningtyas mengungkapkan saat ini Le Minerale tengah melakukan berbagai upaya dalam mengurangi sampah di Indonesia. Salah satunya dengan memilih kemasan yang mudah didaur ulang.
"Di internal kami, dari desain kemasan produk kami pikiran dari awal untuk menggunakan plastik PET. Seperti diketahui, botol PET memiliki simbol segitiga, dan memang ini sudah memiliki ekosistem daur ulang yang cukup baik di Indonesia," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pengelolaan sampah kemasan pasca konsumsi melalui program Ekonomi Sirkular, yang sejalan dengan program KLHK.
"Di sini kami bekerja sama dengan berbagai pihak Kementerian seperti KLHk, asosiasi dan juga dengan mitra-mitra, di mana kami melakukan pengelolaan sampah mulai dari pengembangan, edukasi, lalu juga ada upaya untuk pengembangan mitra," paparnya.
Inovasi Produk Daur Ulang
Le Minerale juga memamerkan berbagai produk fesyen daur ulang mulai dari sepatu, jaket dan lainnya. Berbeda dari pameran booth lainnya, di Festival LIKE 2 kali ini, Le Minerale memamerkan jaket daur ulang hasil kolaborasi bersama brand dan desainer lokal.
"Partisipasi Le Minerale dalam acara Festival Like 2 tahun ini, kami menghadirkan booth yang menampilkan usaha-usaha kami selama beberapa tahun belakangan untuk mengedukasi masyarakat," kata Manager Le Minerale Irene Atmadja Sustainability.
"Kami juga menghadirkan suatu jaket kolaborasi dengan brand lokal. Kami menggunakan 100 persen recycle cotton di bagian luar dan 100% recycle PET di dalamnya. Kami ingin menyampaikan bahwa jaket ini bisa dibuat bahan recycle tidak ada bedanya dengan jaket yang dibuat dari virgin material," tutupnya.
(ncm/ega)